PENDOWO LIMO

PENDOWO LIMO
Werkudoro,Arjuno,Puntodewo,Nakulo,Sadewo

Selasa, 16 November 2010

RAMAYANA

Sinta adalah istri rama wijaya, dalam kisah Ramayana. Pada suatu ketika,Rama Wijaya beserta Shinta, istrinya, dan adik lelakinya, Leksmana, sedang berpetualang di Hutan Dandaka. Di sini mereka bertemu dengan Rahwana yang begitu memuja Dewi Shinta dan sangat ingin memilikinya. Untuk mewujudkan gagasannya, Rahwana mengubah salah satu pengikutnya bernama Marica menjadi seekor kijang yang disebut Kijang Kencana dengan tujuan memikat Shinta.
 Karena tertarik dengan kecantikan kijang tersebut, Shinta meminta Rama untuk menangkapnya. Setelah menunggu rama, Shinta menjadi cemas karena Rama belum datang juga. Ia meminta Leksamana untuk mencari Rama. Sebelum meninggalkan Shinta, Leksmana membuat lingkaran sakti di atas tanah di sekeliling Shinta untuk menjaganya dari segala kemungkinan bahaya.
Begitu mengetahui bahwa Shinta sendirian, Rahwana mencoba untuk menculiknya namun gagal karena lingkaran pagar pelindung yang menjaganya. Kemudian ia mengubah diri menjadi seorang Brahmana. Shinta jatuh kasihan terhadap Brahmana yang tua tersebut dan hal tersebut membuatnya keluar dari lingkaran pelindung. Akibatnya, Rahwana yang menjelma menjadi Brahmana tua tersebut  berhasil merebut dan membawanya terbang ke Kerajaan Alengka.
Dalam pejalanan , ada seekor garuda bernama jatayu yang melihat rahwana membawa dewi shinta. Ia merupaknan sahabat setia rama, kemanapun rama pergi ia selalu mengikutinya.
Kemudian jatayupun melaporkan kejadian itu kepada rama.
Dengan bergegas rama dan leksmana segera pergi ke Negara alengkadireja negaranya rahwana untuk membawa shinta kembali.
Dalam perjalanan rama bertemu dengan murid setianya yaitu patih anoman,
Kemudian anoman disuruh untuk pergi ke Negara alengka guna untuk melihat keadaan dewi shinta, setelah sampai di alengka anoman secara diam-diam masuk ke wilayah istana kemudian bertemu dengan dewi shinta. Anoman berbicara kepada dewi shinta bahwa prabu rama akan menolong Dewi.
Setelah mengetahui keadaan dewi shinta anomanpun segera bergegas meninggalkan istana,tapi dalam perjalanan keluar istana anoman tertangkap oleh prajurit istana yang sedang berpatroli, terjadilah pertarungnan hebat antara anoman dengan prajurit istana sampai-sampai sebagian wilayah istana rusak parah.
Anoman dapat mengalahkan prajurit-prajurit tersebut tetapi ketika indrajid turun tangan dan melepaskan senjata andalannya yaitu busur nagapasa, busur yang bisa melilit sasarannya, anomanpun terjerembab takberdaya terkena panah nagapasa milik indrajid.
Kemudian anoman dibawa keistana untuk menghadap rahwana raja atas perbuatan yang telah dilakukan anoman dihukum akan dibakar, para prajuritpun telah menyiapkan api unggun untuk pembakaran anoman, Para raksasa mengikat tubuh anoman lalu meletakkannya di atas tumpukan kayu bakar. Tumpukan kayu itupun disulut beramai-ramai. Api menyala-nyala dan berkobar-kobar. Tapi Hanuman tidak terbakar, bahkan ia berhasil melepaskan diri dari tali pengikatnya. Dengan tangkasnya anoman meloncat-loncat sambil membawa bara api di ekornya. Ia meloncat ke atas balai istana dan membakar atap gedung tersebut. Ketika nyala api semakin membesar, Hanuman meloncat-loncat dari satu bangunan ke bangunan lainnya sehingga semua bangunan menjadi terbakar.
Kemudian anomanpun segera kabur kembali menemui prabu rama dan melaporkan kejadian ini.
Prabu rama dengan dibantu anoman segera mengerahkan bala tentara kera untuk meyerbu Negara alengka,
Terjadilah peperangan besar antara bala tentara kera dan prajurit raksasa rahwana
Akhir cerita raja rahwana tewas ditangan rama, dan peperanganpun dimenangkan oleh bala tentara kera.
AKhirnya prabu Rama dan dewi shinta dapat brtemu kembali.
RAMAYANA

Kamis, 11 November 2010



KAYON/GUNUNGAN

Gunungan atau di dalam pakeliran disebut kayon, pertama diciptakan oleh Raden Patah. Dinamakan gunungan karena bentuknya menyerupai gunung yang memiliki puncak dan terdapat pada setiap pagelaran wayang (wayang purwa, wayang krucil, wayang golek, wayang gedok, wayang suluh, dll).
Menurut bentuknya, gunungan atau kayon ini dapat dibedakan menjadi dua macam.
  1. Kayon gapuran berbentuk ramping dan pada bagian bawah bergambar gapua yang pada sisi sebelah kiri maupun kanan di jaga oleh raksasa Cingkarabala dan Balaupata. Sedangkan pada bagian belakang terdapat lukisan api merah membara.
  2. Kayon blumbangan, bentuknya agak gemuk dan lebih pendek bila dibanding dengan kayon gapuran, Pada bagian bawah terdapat lukisan kolam dengan air yang jernih yang ditengahnya terdapat lukisan sepasang ikan berhadapan. Sedangkan pada bagian belakang berambar lautan atau langit yang berawarna biru gradasi.
Gunungan secara lengkap biasanya terdapat lukisan teridiri:
  1. Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga dan pada bagian daun pintu rumah dihiasi lukisan Kamajaya berhadapan dengan Dewi Ratih.
  2. Dua raksasa berhadapand engan membawa senjata pedang atau gada lengkap dengan tamengnya.
  3. Duia naga bersayap.
  4. Hutan belantara penuh dengan satwanya.
  5. Gambar harimau berhadapan dengan banteng.
  6. Pohon besar ditengah hutan yang dililit seokar ular.
  7. Kepala makara di tengah pohon.
  8. ua ekor kera dan lutung sedang bermain diatas ranting.
  9. Dua ekor ayam alas sedang bertengger diatas cabang pohon.
Gambar-gambar yang terdapat pada kayon tersebut menggambarkan alam semesta lengkap dengan isinya. Gunungan di dalam pagelaran wayang kulit mempunyai fungsi yang sangat penting, antara lain:
  1. Sebagai tanda dimulaiya pentas pedalangan, yakni fungsi dengan dicabutnya kayon di tengah kelir kemudian ditancapkan pada posisi sebelah kanan.
  2. Sebagai tanda perubahan adegan atau menggambarkan suasana dengan cara gunungan digerakkan diikuti cerita dalang.
  3. Digunakan untuk tanda pergantian waktu, baik dari patet nem ke patet sanga, atau dari patet swanga ke patet manyura dengan mengubah posisi kayon dari condong ke kanan menjadi tegak lurus dan terakhir kayon condong ke arah kiri.
  4. Untuk menggambarkan sebuah wahyu dari dewa, atau sebagai angin maupun udara dengan menggerakkan gunungan sesuai arah yang dikehendaki.
  5. Untuk menggambarkan api dengan membalik kayon sehingga yang tampak api membara dari kepala makara.
  6. Untuk menandai berakhirnya pertunjukan dengan menancapkan kayon di tengah-tengah, serta digunakan untuk kepentingan pagelaran sesuai dengan kehendak dalang.